Sudah menjadi sebuah hal yang alami jika seorang manusia
ingin berpindah dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain, sudah menjadi hal
yang wajar jika seorang manusia selalu merasa serba lemah, tak mampu melakukan
semua yang dia inginkan, dan sudah menjadi sebuah kepastian bahwa ada sesuatu
yang lebih dari seorang manusia, sesuatu Yang Maha Kuasa, Yang Maha Menciptakan
serta Yang Maha Besar.
Ketika sebuah penyesalan menghampiri, mengingatkan atas
setiap kelemahan-kekurangan kepada seorang insan, dalam lubuknya ia ingin
merubahnya, ia ingin berubah menjadi lebih baik. Keinginan atas perubahan ini
saja tak cukup untuk menjadikannya lebih baik. Namun tentu saja hal ini menjadi
modal dasar dalam perubahan tersebut.
Sehingga muncul matahari dari timur, sebuah azzam, tekad
yang muncul atas penyesalan yang menghampiri itu. Tekad yang bulat dibutuhkan
mengatasi setiap keraguan, keputusasaan, ketidakpercayaan, akan secercah cahaya
kebangkitan yang senantiasa mengingatkan akan satu sifat manusia yang tak bisa
lepas, yaitu lupa. Bukan tekad yang akan tenggelam, bukan tekad yang akan padam.
Orang tahu bahwa sambal itu pedas, namun orang seakan lupa
bahwa itu pedas, ia tak henti-hentinya untuk terus mencobanya. Bukan karena ia
tak tahu, namun ia tak mau tahu, ia tak peduli atas resiko yang akan diambil. Yang
ia pikirkan hanya saat itu, tanpa koma. Dan bukan orang seperti ini yang
dimaksud.
Bertobatlah.....
Menangislah, jika kau tak bisa maka menangislah karena kau tak bisa menangis..
0 komentar:
Post a Comment
terima