14 June, 2011

NII DAN DRAMA KESESATAN

Walaupun titik puncak opini terkait NII telah dilewatkan oleh media, tapi efek serta euforianya masih terasa sampai sekarang, tak masalah jika tulisan ini agak terlambat masuk dalam dunia publik. Tapi berbicara NII saya sebut dengan sebuah DRAMA Kesesatan oleh seorang sutradara yang handal.

“Sebuah kesesatan yang sesat-menyesatkan serta penyesatan opini terhadap publik” seperti inilah gambaran dari fakta yang terjadi terkait NII ini.

  •  “Hati-hati NII!” tema media yang diangkat dari setiap beritanya yang bisa membuat masyarakat resah itu, atau “awas jangan ikut pengajian lagi, sudah cukuplah ilmu agama itu yang telah kita dapatkan sejak kecil” lontaran orang tua kepada anaknya yang telah menginjak kuliah itu.
  • Masih banyak lagi akibat dari fenomena ini yang seyogyanya telah meresahkan masyarakat serta mendeskreditkan islam secara tidak sadar. Lebih dekatnya di kampus saya sendiri, UNPAD telah lebih marak terkait kasus ini dibandingkan dengan kampus-kampus lain seperti yang telah diungkapkan oleh media, entah karena penyeruan syariah dan khilafah yang sangat tinggi di kampus ini, sehingga menjadikan target utama bagi pasukan NII, agar membiaskan penyeruan syariah dan khilafah ini oleh kesesatannya, tapi inilah realitasnya. Dan jika kita berbicara fakta lainnya mengenai hal ini maka semua aktivitas keislaman bahkan seorang yang istiqomah dalam islam, rajin ibadah, dan para pejuang islam yang ingin memperjuangkan islam sebagai solusi dari problematika umat ini dituduh sebagai orang NII, sebagai orang sesat, yang telah terdoktrin.
  • Drama ini hampir sama dengan tuduhan-tuduhan Amerika dan negara kafir harbi serta lainnya yang telah menuduh islam adalah agama teroris. Faktanya semua orang terdoktrin dengan opini ini. Begitulah pada NII ini, bagaimana media dan sekutunya telah mendoktrin masyarakat indonesia, secara sadar atau tidak sadar, mereka telah mengatakan bahwa orang-orang yang menginginkan dan memperjuangkan syariat islam sebagai landasan negara, mereka yang ingin memperjuangkan syariat islam dan khilafah adalah NII. Itulah yang mereka inginkan menyamakan para pejuang islam dengan NII yang sesat. Inilah yang saya sebut penyesatan opini terhadap publik. Dan inilah drama kesesatan, memanfaatkan kesesatan untuk kesesatan.
  • Pertama kalau kita membicarakan sejarah dari NII itu sendiri, perlu pembahasan yang cukup panjang, dari mulai S.M.Kartosoewirjo hingga sekarang dengan pertumbuhan yang sepertinya ada sebuah penyimpangan dari yang aslinya, dengan berbagai asumsi seperti telah disusupi oleh intelejen yang merubah haluan NII yang asli, tapi yang akan dibahas disini adalah terkait NII sekarang. Pastinya banyak kesesatan yang bisa kita temui misalnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dana yang harus disalurkan ke Negara, kemudian menyatakan kafir kepada selain mereka, dan mewajibkan kepada anggotanya yang baru masuk utuk di baiat oleh pemimpinnya atau khalifahnya. Padahal dalam islam seperti yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW bahwa proses baiat itu bukan dari khalifah ke umatnya tapi sebaliknya dari umat untuk khalifah, serta kesesatan lainnya yang menyimpulkan mereka sesat-menyesatkan.
Kemudian dimana kita saat fenomena ini terjadi? Menjadi kapas yang terbawa oleh sembarang angin media, atau menjadi orang yang berusaha menyaring kembali opini tersebut, mencari jalan aman saja dalam diam, atau yang menjadi penuduh-penuduh NII kepada sembarang orang, atau yang penasaran untuk ikut menjadi pengikut NII, atau bahkan cuek saja, gak penting, atau menjadi orang yang pertama dalam mengompori orang-orang yang terkait NII yang telah mereka generalisasikan kepada setiap pengemban dakwah, atau menjadi orang yang merasa kasihan kepada saudara-saudaranya sehingga ia mengingatkan akan semua berdakwah kepada mereka untuk melihat sebenar-benarnya islam.

Teringat pada saat kajian di FTIP yang mengundang ust. Athian Ali M Dai yang mengatakan bahwa “kita harus tetap memperjuangkan syariat islam” tanpa terbawa opini oleh media, yang sangat menyudutkan islam serta syariat islam, karena kita yakin sebagai seorang muslim telah terbebani oleh syariat islam yang mesti kita jalankan secara kaffah, secara menyeluruh. Termasuk dalam hal ekonomi, sosial serta politik, karena kita tahu bahwa islam ini telah mengatur segala aspek kehidupan kita, dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali bahkan ketika tidurpun islam telah mengaturnya. Inilah perbedaan agama kita dengan agama lain yang hanya menekuni aspek ritual semata. Karena islam adalah sebuah ideologi, sebuah pandangan hidup yang tak sekedar agama ritual semata.

0 komentar:

Post a Comment

terima