31 January, 2012

Mari Bertobat

Kita ini adalah Manusia
Sebagaimana kita sadari bahwa sebagai manusia kita tidak pernah terlepas secara bebas dengan istilah lupa dan khilaf. Seperti itulah, hadits Rosululloh SAW menggambarkannya. Dalam lanjutannya, mengingat periihal kelemahan serta kesalahan manusia itu, beliau menyampaikan “dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat”. Seperti itulah proses tanpa akhir dalam hidup ini. Untuk terus memperbaiki diri, untuk terus meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah SWT.


“setiap anak Adam pasti bersalah, dan orang yang bersalah yang paling baik adlaah yang bertobat” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Hakim)

Bertobat itu Wajib
Hukum dari bertobat adalah sebuah kewajiban. Yang memiliki makna, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, harus dilakukan. Yang menunjukan bahwa hidup ini harus dinamis, memiliki grafik yang naik menanjak terus seiiring berjalannya waktu.
Allah SWT telah berfirman dalam kitab suci Al-Quran :

"Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, hai sekalian orang Mu'min, supaya engkau semua memperoleh kebahagiaan." (an-Nur: 31)
 "Mohon ampunlah kepada Tuhanmu semua dan bertaubatlah kepadaNya." (Hud: 3)
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nashuha yakni yang sebenar-benarnya." (at-Tahrim: 8)
Dan lainnya...
Bahkan dengan tegas perintah Allah SWT ini, dengan mengulangi kata tobat itu sendiri sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.
Begitu pula, dalam hadits Rosululloh SAW :

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Demi Allah, sesungguhnya saya itu niscayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (Riwayat Bukhari)
Dari Aghar bin Yasar al-Muzani r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan daripadaNya, kerana sesungguhnya saya ini bertaubat dalam sehari seratus kali." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah s.a.w., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu membeberkan tanganNya - yakni kerahmatanNya –di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang dan juga membeberkan tanganNya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat - yakni di saat hamper tibanya hari kiamat, kerana setelah ini terjadi, tidak diterima lagi taubatnya seseorang." (Riwayat Muslim)
Dan banyak lagi, hadits-hadits yang menjelaskan penting bertobat.

Syarat-Syarat Tobat
Dalam kitab Riyadhus Sholihin, menerangkan tentang syarat-syarat dalam bertobat.
Jika kemaksiatan yang terjadi berhubungan langsung kepada Allah Ta’ala saja, maka ada tiga macam syarat yang harus dilakukan :

    1. Menghentikan sama sekali (seketika itu juga) dari kemaksiatan yang dilakukan
    2. Menyesal karena telah melakukan kemaksiatan itu
    3. Berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu selama-lamanya.

Dan jika kemaksiatan tersebut berhubungan juga kepada manusia, maka syaratnya ada empat macam, tiga syarat yang diatas dan :

   4. Melepaskan tanggungan itu dari hak kawannya, baik itu berupa pengembalian harta, meminta pengampunan / permintaan maaf, atau meminta penghalalan dari hal tersebut.

Taubat nashuha itu wajib dilakukan dengan memenuhi tiga macam syarat sebagaimana di bawah ini, yaitu:
  1. Semua hal-hal yang mengakibatkan diterapi siksa, karena berupa perbuatan yang dosa jika dikerjakan, wajib ditinggalkan secara sekaligus dan tidak diulangi lagi.
  2. Bertekad bulat dan teguh untuk memurnikan serta membersihkan diri sendiri dari semua perkara dosa tadi tanpa bimbang dan ragu-ragu.
  3.  Segala perbuatannya jangan dicampuri apa-apa yang mungkin dapat mengotori atau sebab-sebab yang menjurus ke arah dapat merusakkan taubatnya itu.

Perbedaan Mukmin dan Munafik
Perbedaan orang mukmin dan orang munafik bisa kita lihat dari cara pandang mereka terhadap sebuah dosa. Jika orang beriman khilaf, tidak sengaja atau dalam keadaan terpaksa melakukan kesalahan dan dosa, maka mereka memandang dosa itu sangat besar laksana gunung yang berada di hadapan mereka dan nyaris runtuh menimpa dirinya, sehingga mereka gusar, gundah gulana dan sangat khawatir atas keselamatan diri mereka dari reruntuhan gunugn itu, berbeda dengan orang munafik yang hanya merasakan baagaikan seekor lalat yang hinggap ditubuhnya, lalu terbanglah lalat itu, tak sedikit pun merasa menyesal dosanya, mereka memandang remeh dan kecil semua dosa yang mereka lakukan.
 “seorang mukmin melihat dosanya seperti gunung yang nyaris runtuh menimpa dirinya, sedangkan orang menafik melihat dosanya seperti seekor lalat yang (hinggap di dirinya) ia usir lalu terbang” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Mas’ud)

Mendirikan Shalat Tobat
“setiap orang yang berbuat dosa, kemudian segera bergerak dan berwudhu, kemudian shalat dan memohon ampun kepada Allah, pasti Allah akan memberikan ampunan baginya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Shalat tobat merupakan shalat sunnah dengan berniat shalat tobat, menyesali segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan memohon ampun kepada Allah SWT. 


Tidak Bertobat = Berbuat Zalim
Bahkan Allah SWT berfirman, sekiranya manusia itu tidak mau bertobat dan menjaga tobatnya, maka pada hakikatnya mereka mendzolimi diri mereka sendiri.
 “... dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (al-Hujurat : 11)


Hijab Hati
Kita tahu, tirai penutup atau hijab yang memisahkan antara hari seorang hamba dan Allah azza wa jalla, tiada lain adalah kotoran berupa dosa. Dan jalan pertama untuk menghancurkan hijab itu adalah dengan bertobat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.
 Jika seorang hamba berbuat dosa, maka di dalam hatinya timbul satu noktah hitam. Jika ia bertobat dari perbuatan dosa itu, hatinya akan kembali bersih dan berkilau. Tetapi jika ia menambah perbuatan dosa itu, maka noktah hitam di hatinya akan bertambah juga. Noktah hitam inilah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya,
 “sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka” (al-Muthaffifin : 14)

Mari Bertobat

Semoga kita termasuk orang yang senantiasa bertobat.
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan terimalah tobatku, karena Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Pengampun” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)



Referensi
Imam Nawawi. Riyadhus Sholihin
Ali Akbar, Zaini. 2009. 3T- Tobat Tasbih Tahajud, Pena Pudi Aksara. Jakarta

0 komentar:

Post a Comment

terima